oleh

Bupati Bogor Pilih Bangun Jalur Puncak 2 daripada Kereta Gantung

Bogor – Bupati Bogor Ade Yasin memilih membangun Jalur Puncak 2 yang menghubungkan Sentul, Bogor dan Cianjur daripada Kereta dan Kereta Gantung atau Kereta Gantung AGT. Menurut Ade, anggaran Rp 7 triliun untuk AGT dan kereta gantung terlalu besar dan tidak sebanding dengan manfaatnya karena belum tentu mengurangi kemacetan di kawasan Puncak.

Kemahalan kalau menurut saya, lebih baik Jalur Puncak 2 saja diselesaikan, tidak sampai Rp 7 triliun, Rp 1 triliun juga kurang,” kata Ade, Jumat (25/3/2022) dilansir beritasatu.com.

Baca Juga  1.417 Kasus, Kelurahan Tugu Penyumbang Covid-19 Terbanyak di Depok

Menurut Ade, kereta gantung hanya untuk kepentingan wisata bukan dalam rangka kebutuhan masyarakat yang menuju Cianjur maupun Bandung. Sementara Jalur Puncak 2, digadang-gadang menjadi alternatif dalam mengurai kemacetan di Puncak.

Jalur Puncak 2 juga dapat meningkatkan sektor pariwisata di wilayah Timur Kabupaten Bogor dan Cianjur. Bupati Bogor mengaku kerap membahas Jalur Puncak 2 bersama Bupati Cianjur Herman Suherman dan didukung oleh Anggota Komisi V DPR Mulyadi.

Baca Juga  BRIN : Menyelesaikan Integrasi Penelitian untuk Semester Pertama Tahun 2022

“Puncak 2, tanahnya sudah siap dan tinggal dibangun, tidak ada alasan lagi dan daerah Bogor Timur, seperti Sukamakmur, Jonggol dan lain-lain akan terangkat perekonomiannya,” kata Ade.

Diketahui, kajian awal menyangkut kemungkinan pembangunan kereta gantung untuk mengatasi kemacetan di kawasan Puncak sebenarnya pernah dilakukan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan pada 2021.

Tidak semata hanya mengenai kereta gantung, melainkan kajian secara komprehensif tentang bagaimana bentuk transportasi massal berbasis rel yang paling memungkinkan diterapkan di Puncak.

Baca Juga  Soal Pembubaran Mabes Polri dan jabatan Kapolri, Ini Penjelasan Chris Komari 

Direktur Prasarana BPTJ Jumardi menyebutkan pembangunan moda berbasis rel di Puncak bertujuan mengurangi beban kemacetan lalu lintas berbasis jalan. Tentu, kata Jumardi, pembangunan harus mempertimbangkan fungsi yang maksimal sebagai angkutan umum massal.

“Selain itu, tentu harus mempertimbangkan karakteristik demand serta faktor teknis yang paling memungkinkan, sehingga akan menarik perhatian investor untuk mendanai,” kata Jumardi, Sabtu (19/3/2022).(*/cr2)

News Feed