Site icon SIN Sumut

Gunawan Yasni, Seperempat Abad Mengkomunikasikan Pesan Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Keuangan Syariah Gunawan Yasni (Foto: Istimewa)

Oleh Tria Patrianti*

Jakarta – Lebih dari seperempat abad menggeluti dunia ekonomi syariah, pembawa acara TV Sharia Economic Talk ini sangat yakin bahwa menjadikan ekonomi keuangan syariah dan gaya hidup halalan thayyiban sebagai tujuan jalan hidup Muslim di Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang dapat dicapai.

Gunawan Yasni dibesarkan di lingkungan keluarga terdidik yang memegang penuh keyakinan terhadap nilai-nilai Islam. Ayahnya, Zainul Yasni adalah ahli ekonomi syariah yang pernah bertugas sebagai Ketua Tim Koordinasi Kegiatan Ekspor ke Timur Tengah Departemen Perdagangan dan Koperasi hingga menjadi Duta Besar Indonesia di Yordania.

Pada masa itulah lelaki kelahiran September 1969 ini menyerap nilai-nilai universalitas. Selama itu pula Sang Ayah menularkan pengetahuan dan pemahaman tentang ekonomi syariah kepadanya dengan memberi berbagai referensi tentang standar ekonomi syariah dan filosofi bermuamalah menurut keyakinan Islam.

Tak heran jika pemilik gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Magister Managemen Keuangan dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Prasetiya Mulya ini begitu fasih berbicara tentang ekonomi dan keuangan syariah.

Gunawan Yasni selama ini aktif mendalami dan mempromosikan modal ventura syariah dan instrumen keuangan komersial syariah dalam kaitannya dengan reksadana.

Anggota Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI dan anggota Dewan Pengawas/Penasehat Syariah di beberapa lembaga keuangan itu juga aktif sebagai konsultan dan pengajar senior bidang ekonomi dan keuangan syariah di Universitas Indonesia dan di beberapa institusi keuangan.

Pemikiran Gunawan Yasni yang paling banyak didengar, dibahas, hingga dikutip berbagai kalangan cendekiawan adalah keinginannya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Hal ini sudah dikomunikasikannya dalam berbagai forum pembahasan ekonomi dan keuangan Syariah.

Menurut Gunawan, track record Indonesia dengan inklusi ekonomi dan keuangan syariah yang saat ini sudah melebihi 50-an juta masyarakatnya dapat menjadi kemudahan untuk melakukan segala macam kebaikan dalam urusan syariah.

Masyarakat nasional maupun internasional perlu lebih disadarkan dengan penyampaian yang keren bahwa sharia, halalan dan thayyiban adalah untuk semua umat manusia (for all mankind), bukan hanya untuk umat Muslim.

Lebih lanjut, pria yang memiliki ijin Bapepam sebagai Investment Manager, Underwriter and Broker-Dealer ini menerangkan bahwa tindakan amal baik dalam urusan sosial (muamalah) lebih baik daripada ibadah Sunnah.

Bahkan kebaikan dalam urusan sosial (muamalah) pada titik tertentu akan menjadi penentu diterima atau tidaknya, atau bermanfaat atau tidaknya ibadah seseorang.

Pemilik “Certified Islamic Financial Analyst” dari Program Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia ini memaparkan bahwa Allah SWT telah berkata melalui Nabi Muhammad SAW dalam hadits qudsi, ”Tidak beriman kepada-Ku orang yang tidur kenyang, sementara tetangganya kelaparan”.

Juga diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berkata, “Hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi manusia. Amal yang paling utama adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang beriman, seperti menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan utang.”

Esensi hadits tersebut mengatakan bahwa pelaku dan pendakwah ekonomi dan keuangan syariah lebih dari sekadar beramal shalih dengan ibadah mahdhah dan ini akan membawa kebaikan bagi dirinya serta bagi umat manusia.

Berdakwah

Tampaknya menjadi pendakwah ekonomi dan keuangan syariah sudah menjadi jalan hidup seorang Gunawan Yasni. Ia sering menjadi narasumber untuk media-media nasional, baik media cetak maupun elektronik serta dikenal kompeten dalam menulis dan berbicara tentang topik yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah.

Media massa dimaksud antara lain Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az-Zikra, hingga Metro TV, SCTV, dan TVRI.

Ia juga rajin menerbitkan buku berbahasa Indonesia maupun Inggris. Buku pertamanya berjudul Ekonomi dan Keuangan Syariah: Pemahaman Singkat dan Penerapan Ringkas; buku keduanya berjudul Ekonomi Sufistik; dilanjutkan dengan buku ketiga berjudul Investasi Syariah.

Buku keempat yang berjudul Pemikiran Ringkas Keuangan Islam disajikan dalam tiga bahasa (Inggris-Indonesia-Arab). Buku kelimanya berbentuk Novel Best Seller Bi-Lingual (Inggris-Indonesia) berjudul Sang Penatap Matahari; dan buku keenam berjudul Pengantar Pasar Modal Syariah Indonesia.

Pria yang mulai aktif mengkomunikasikan ekonomi Syariah di akhir 1998 ini mengakui pangsa keuangan syariah Indonesia masih berada di kisaran tertinggi 17 persen saja. Sisanya, 83 persen, didominasi oleh keuangan yang belum sepenuhnya syariah. Angka ini terbalik dengan jumlah penduduk Indonesia yang 83 persen Muslim dan 17 persen non-Muslim.

Namun, kekurangsempurnaan dalam keuangan syariah di Indonesia jangan membuat kaum Muslimin surut untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan ke-syariah-annya sesuai dengan ke-Islam-annya sebagaimana qaidah fiqih yang artinya “Jika belum bisa melakukan seluruh kebaikan, jangan tinggalkan seluruh kebaikan”.

Pemegang Sertifikasi Level Lanjutan (Level IV) Manajemen Risiko Perbankan ini juga menegaskan bahwa sudah saatnya kaum Muslimin Indonesia yang jumlahnya mencapai 83 persen dari 260 juta total penduduk Indonesia memfokuskan sinergi untuk membesarkan ekonomi dan keuangan syariah.

Fokus sinergi ini juga lebih bisa membakukan Muslim Indonesia sebagai penjaga keutuhan NKRI dan menepis tuduhan-tuduhan radikalisme dan terorisme kepada sebagian Muslim Indonesia.

Ekonomi dan keuangan syariah juga merupakan media yang menjadikan Muslim rahmatan lil ‘âlamiin atau berdaya guna bagi semesta alam.

Di sisi lain, non Muslim di Eropa dan dunia pun sudah mulai berinteraksi membesarkan produk-produk keuangan syariah dan produk-produk halalan thayyiban yang lain dalam level perspektif bisnis yang menjanjikan.

Sedangkan di Indonesia, Gunawan Yasni meyakini bahwa menjadikan ekonomi dan keuangan syariah dan gaya hidup halalan thayyiban sebagai nizhâm hayâh syâmilah (tujuan jalan hidup) Muslim Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang dapat dicapai.

Sepak terjangnya di bidang ekonomi dan keuangan syariah memang sudah lebih dari seperempat abad. Selama itu pula ia terus berdakwah melalui berbagai saluran. Salah satunya melalui media televisi.

Setelah sempat menjadi co-host acara Dialog Ekonomi Syariah TVRI, host acara Spiritual CEO di TVOne, dan host acara Spiritual Executive 1 di Metro TV, Gunawan Yasni sepanjang tahun 2020-2021 memandu 50 episode acara Sharia Economic Talk with Gunawan Yasni di Metro TV.

Program TV yang berhasil mendapat beberapa penghargaan dunia itu makin mengukuhkan sosok Gunawan Yasni sebagai pakar ekonomi dan keuangan Syariah dan akan dilanjutkan dengan syuting di berbagai negara yang industri syariahnya sedang bertumbuh, mulai dari Jepang, Rusia, Turki, hingga Amerika Serikat.

Komunikasi yang dijalankan Gunawan Yasni tampak terencana dan penuh pesan persuasif tanpa memberatkan khalayak dengan pesan yang sulit dimengerti. Dalam pendekatan Public Relations, komunikasi ekonomi Syariah memang harus dipraktekan seperti itu.

Public Relations sebagai satu disiplin ilmu yang menjaga reputasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan serta mempengaruhi opini dan perilaku publik perlu diterapkan pada komunikasi ekonomi Syariah.

Gunawan Yasni telah mengkomunikasikan pesan ekonomi syariah selama hampir 25 tahun dalam upaya mewujudkan harapan menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi Syariah dunia.

*Penulis, Tria Patrianti, adalah dosen konsentrasi Public Relations pada Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) serta kandidat Doktor Ilmu Komunikasi di FIKOM Universitas Padjadjaran.

Exit mobile version