Inggris memperingatkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Kamis (29/7/2021) mengenai ancaman pada setengah dari populasi Myanmar yang berjumlah 54 juta orang dapat terinfeksi Covid-19 dalam dua minggu ke depan.
Inggris mengadakan pertemuan tersebut sebagai respons atas situasi virus Covid-19 di Myanmar yang disebut mengerikan, terutama sejak militer mengambil alih kendali pada Februari.
Inggris mendesak Dewan untuk memastikan resolusi 2565, yang menuntut gencatan senjata di zona konflik untuk memungkinkan pengiriman vaksin Covid-19 yang aman, dihormati di Myanmar.
“Sangat penting bagi kami untuk mempertimbangkan bagaimana menerapkannya,” jelas duta besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak pemerintah junta militer mengambil alih kekuasaan, dengan banyak rumah sakit tidak memiliki peralatan yang memadai untuk mengatasi beban kasus yang melonjak setelah banyak staf medis keluar dari tugasnya untuk memprotes kudeta.
PBB memperkirakan, hanya 40 persen fasilitas perawatan kesehatan Myanmar yang masih dapat berfungsi.
Badan dunia itu juga memperkirakan, pasukan militer telah melakukan setidaknya 260 serangan terhadap personel dan fasilitas medis, dan menahan setidaknya 67 pejabat medis.
“Dengan gelombang baru Covid-19 yang menyebar seperti api di seluruh negeri, sangat disayangkan bahwa lebih banyak nyawa akan hilang karena militer Myanmar mempersenjatai Covid-19 untuk melawan rakyat,” kata juru bicara pemerintah persatuan nasional Susanna Hla Hla Soe.
Otoritas militer sedang mencari bantuan dari “negara-negara sahabat” untuk mengatasi Covid-19, kata media pemerintah pekan ini.
Otoritas kesehatan junta militer pada Rabu (28/7/2021) melaporkan, kasus baru Covid-19 hanya di bawah 5.000, naik dari sekitar 50 kasus per hari pada awal Mei. Tetapi para analis mengatakan jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Junta militer menyatakan, sebanyak 1,75 juta orang telah divaksinasi.
Pekan lalu sejumlah dosis vaksin Sinopharm yang disumbangkan dari Tiongkok telah tiba, kata otoritas pemerintah. Tetapi itu akan diprioritaskan untuk mereka yang tinggal di sepanjang perbatasan Tiongkok-Myanmar.
China juga telah memasok lebih dari 10.000 suntikan vaksin ke kelompok pemberontak yang beroperasi di dekat perbatasan selatannya di Myanmar, saat Beijing berusaha menghentikan masuknya kasus dari negara yang dilanda kudeta itu.
Pemerintah militer Myanmar telah memesan total empat juta dosis vaksin dari Tiongkok, katanya awal bulan ini, dan Beijing akan menyumbangkan dua juta dosis vaksin lagi.
Pengiriman 1,5 juta dosis juga tiba dari India awal tahun ini. (*/cr2)
Sumber: banten.siberindo.co